Friday, March 22, 2013
Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [9]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [9]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [9]
Pelamaran Fatimah Az-Zahra

Ali bin Abi Thalib pun menghadap Rasulullah, maka dengan memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya menikahi Fathimah. Ya, menikahi, dengan sadar secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah SWT Maha Kaya.

Lamarannya terjawab, ”Ahlan wa sahlan!” . Kata itu meluncur tenang bersama senyum Rasulullah. Dan Ali bin Abi Thalib pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?” ujar sahabat Ali bin Abi Thalib ”Entahlah..” jawabnya ”Apa maksudmu?” Tanya sahabatnya kembali ”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban ?” tanya Ali kepada sahabatnya ”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka. ”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !” penjelasan kawannya pun mengurai senyum di wajah Ali bin Abi Thalib

Bersambung ke  Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [10]

©2013 Copyright Ciniki RonkA. ILLank Written By. Desir Syair Rindu
Read More...
Tuesday, March 19, 2013
 Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [8]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [8]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [8]
Keteguhan Hati Ali

Sekali lagi cinta tak pernah meminta untuk menanti. tapi mengambil kesempatan atau mempersilakannya. Dan cinta itu membutuhkan keberanian atau pengorbanan. Maka Ali bin Abi Thalib pun bingung ketika mendengar kabar lamaran kedua oleh sahabat Rasulullah yaitu Umar bin Khatthab juga ditolak.

Ingin menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Rasulullah? Yang seperti ’Utsman bin Affan, sang miliyader yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri Ali bin Abi Thalib. Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?.


”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunannya. "Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Rosulullah.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin. ”Ya. Engkau wahai saudaraku!” Ali bin Abi Thalib pun menjawab ”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?” ”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”

Bersambung ke  Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [9]

©2013 Copyright Ciniki RonkA. ILLank Written By. Desir Syair Rindu
Read More...
Sunday, March 17, 2013
14 Rukun-Rukun Shalat [3]

14 Rukun-Rukun Shalat [3]

Rukun-Rukun Shalat [3]
10. Tasyahud akhir
Hal ini didasarkan pada hadist Abdullah bin Mas`ud yang didalamnya dsebutkan
"Janganlah kalian mengucapkan : Assalamu alallahi, karena Allah itu As-Salam, tapi hendaklah kalian mengucapkan "Segala kehormatan itu milik Allah" (Muttafaqun `alaih)

dan dari Lafaznya ada pada Nasa`i
"Kami pernah dalam shalat, sebelum diwajibkannya tassyahud, mengucapkan Assalamu alaihi, Assalamu `alaa Jibril wa Mika`il" maka Rasulullah SAW bersabdah "Janganlah kalin mengucapkan seperti itu, karena Allah itu adalah As-Salam, tetapi hendaklah kalian mengucapkan "Segala Kehormatan itu milik Allah" (HR. Nasa`i)

11. Duduk untuk Tasyahud Akhir
Nabi senantiasa mengerjakan hal tersebut, sebagaimana dijelaskan pada hadist-hadist sebelumnya. Rsulullah memerintahkan kami untuk mengerjakan shalat seperti shalat beliau, dimana beliau bersabdah "Shalatlah kalian seperti kalian melihatku mengrjakan shalat" (HR. Bukhari) 

12. Shalawat atas nabi dan tasyahud akhir
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT
QS. Al-Ahzaab 33:56
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya" (QS. Al-Ahzaab 33:56)

13. Tertib dalam rukun-rukun shalat
karena Rasulullah SAW pernah mengajari orang yang kurang baik shalatnya,  secara tertib dengan kata "Tsumma" (kemudian, dimana beliau bersabdah :
"Jika engkau hendak mengerjakan shalat, maka bacalah takbir, lalu bacalah surah Al-Quran yang ping mudah bagimu, lalu ruku`lah sehingga ngkau benar-benar tuma`ninah dalam ruku`, kemudian bangkitlah sehingga engkau benar-benar berdiri i`tidal, selanjutnya sujudlah sehingga engkau benar-benar tuma`ninah dalam sujud, kemudian bankitlah sehingga engkau benar-benar tuma`ninah dalam duduk, lalu kerjakanlah semuanya itu dalam semua shalatmu" (Muttafaqun `alaih)

14. Mengucapkan dua salam
Hal ini didasarkan pada hadist Ali radiallahu anhu yang dirafa`nya
"Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (melakukan aktivitas lain) adalah takbir dan menghalalkannya adalah salam"  (HR. Abu Dawud-Tarmidzi)

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank 
Read More...
14 Rukun-Rukun Shalat [2]

14 Rukun-Rukun Shalat [2]

Rukun-Rukun Shalat [2]

5. Bangkit dari ruku' dan berdiri i`tidal
Hal ini didasarkan pada sabdah Rasulullah SAW tentang orang yang kurang baik shalatnya :
"Kemudian bangkitlah sehingga engkau benar-benar berdiri i`tidal" HR. Bukhari

6. Sujud di atas tujuh anggota badan
Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT :
QS. Al Hajj 22:77
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan" (QS. Al Hajj 22:77)

dan juga pada Hadist Abu Hurairah dalam hadist orang-orang yang kurang baik mengerjakan shalatnya  "Kemudian sujudlah sehingga engku benar-benar tuma`ninah dalam sujud" (Muttafaqun `alaih)
serta Hadist Ibnu Abbas yang bercerita pada Rasulullah SAW ,
"Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh tulang : Atas dahi dan beliau mengisyaratkan tangannya ke hidung, dua tangan, dua lutut dan jari-jemari kedua kaki" (Muttafaqun `alaih)

7. Bangkit dari sujud
Hal ini didasarkan pada sabdah Rasulullah SAW
"Kemudian bangkitlah engku benar-benar tuma`niah dalam duduk" (HR. Bukhari)

8. Duduk diantara dua sujud
Hal ini didasarkan pada sabdah Rasulullah SAW
"Sehingga engkau benar-benar tuma`ninah dalam duduk" (HR. Bukhari)

9. Tuma`ninah dalam mengerjakan semua rukun shalat
Ketika Rasulullah mengajari orang yang kurang baik dalam mengerjakan shalatya mengatakan kepadanya pada setiap rukun "Sehingga engkau benar-benar tuma`ninah" (HR. Bukhari-Muslim)

Bersambung ke halaman Rukun-Rukun Shalat [3]

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank 
Read More...
14 Rukun-Rukun Shalat [1]

14 Rukun-Rukun Shalat [1]

Rukun-Rukun Shalat [1]
Rukun-rukun shalat adalah sisi/sesuatu yang paling kuat dalam perbuatan/ucapan didalam shalat yang tidak akan berdiri sempurna kecuali dengan kelengkapan dan sesuai dengan urutan.

Perbuatan dan ucapan dalam Shalat terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
Pertama
Rukun Shalat yakni sesuatu yang menggugurkan shalat jika tidak dilakukan karena ketidaktahuan, ketidaksengajaan, dan kelalaian
Kedua
Wajib Shalat, yakni sesuatu yang membatalkan shalat jika tidak dikerjakan secara sengaja dan gugur apabila tidak dilakukan karena ketidaktahuan atau kelalaian
Ketiga
Sunnah-sunnah Shalat, yakni sesuatu yang tidak membatalkan shalat shalat jika dilakukan secara sengaja ataupun karena lalai

Rukun-rukun shalat ada empat belas, yakni

1. Berdiri, jika mampu.
Hal ini didasarkan pada Firman Allah
QS. Al Baqarah 2:238
"Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'" (QS. Al Baqarah 2:238)

hal ini juga diperkuat dengan hadist Imran bin Hashin Radiallahu Anhu yang bertanya pada Rasulullah SAW "Aku menderita Wasir" lalu Rasulullah Bersabdah
"Shalatlah dengan berdiri, jika tidak bisa maka shalatlah dengan duduk, dan jika tak sanggup maka shalatlah dengn berbaring" (HR. Bukhari)

2. Takbiratul Ihram
Hal ini didasarkan pada Sabdah Rasulullah SAW :
"Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka bacalah takbir" (Muttafaqun `alaih)

dan pada hadist Malik bin Al-Huwairits, Rasulullah SAW bersabdah :
"Shalatlah seperti kalian melihatku mengerjakan shalat" (HR. Bukhari)

3. Membaca Al-Fatiha secara tertib pada setiap rakaat
Hal ini didasarkan pada hadist Ubadah bin Shamit, Rasulullah SAW bersabdah :
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatiha" (Muttafaqun `alih)

didalam Al-Fatiha terdapat sebelas tasydid (Syiddah), jika seseorang meninggkan satu huruf dan tidak mengulanginya kembali maka shalatnya tidak sah.

4. Ruku'
Hal ini didasarkan pada firman Allah SW :
QS. Al Hajj 22:77
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan" (QS. Al Hajj 22:77)

Bersambung ke halaman Rukun-Rukun Shalat [2]

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank 
Read More...
Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [4]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [4]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [4]
Penggiling Syair, Fatimah dan Rasulullah SAW
Suatu hari masuklah Rasulullah menemui anandanya Fathimah Az-Zahra radhiallahu ‘anha didapati anandanya sedang menggiling syair (sejenis padi-padian) dengan menggunakan sebuah penggilingan tangan dari batu sambil menangis. Rasulullah bertanya kepada anandanya, “Apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Fathimah?, Semoga Allah tidak menyebabkan matamu menangis”. Fathimah berkata, “Ayahanda, penggilingan dan urusan-urusan rumah tanggalah yang menyebabkan ananda menangis”. Lalu duduklah Rasulullah di sisi anandanya. Fathimah melanjutkan perkataannya, “Ayahanda sudikah kiranya ayahanda meminta ‘Ali (suaminya) mencarikan ananda seorang jariah untuk menolong ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan di rumah”.

Mendengar perkataan anandanya ini maka bangunlah Rasulullah mendekati penggilingan itu. Beliau mengambil syair dengan tangannya yang diberkati lagi mulia dan diletakkannya di dalam penggilingan tangan itu seraya diucapkannya “Bismillaahirrahmaanirrahiim”. Penggilingan tersebut berputar dengan sendirinya dengan izin Allah. Rasulullah meletakkan syair ke dalam penggilingan tangan itu untuk anandanya dengan tangannya sedangkan penggilingan itu berputar dengan sendirinya seraya bertasbih kepada Allah dalam berbagai bahasa sehingga habislah butir-butir syair itu digilingnya.

Rasulullah berkata kepada gilingan tersebut, “Berhentilah berputar dengan izin Allah”, maka penggilingan itu berhenti berputar. Lalu penggilingan itu berkata-kata dengan izin Allah yang berkuasa menjadikan segala sesuatu dapat bertutur kata. Maka katanya dalam bahasa Arab yang fasih, “Ya Rasulullah, demi Allah, Tuhan yang telah menjadikan baginda dengan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Kalaulah baginda menyuruh hamba menggiling syair dari Masyriq dan Maghrib pun niscaya hamba gilingkan semuanya. Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah suatu ayat yang berbunyi : 
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya para malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya kepada mereka dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan”. (QS. At-Tahrim 66:6)
Maka hamba takut, ya Rasulullah kelak hamba menjadi batu yang masuk ke dalam neraka. Rasulullah kemudian bersabda kepada batu penggilingan itu, “Bergembiralah karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fathimah az-Zahra di dalam syurga”. Maka bergembiralah penggilingan batu itu mendengar berita itu kemudian diamlah ia.

Bersambung ke  Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [5]

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank 
Read More...
Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [7]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [7]

Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [7]
Kegundahan Ali bin Abi Thalib

”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam Ali bin Abi Thalib. ”Aku mengutamakan Abu Bakar atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”. Cinta tak pernah meminta untuk menanti, tapi mengambil kesempatan atau mempersilakannya. Dan cinta itu membutuhkan keberanian atau pengorbanan.

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah SWT menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Lamaran Abu Bakar ditolak, dan Ali bin Abi Thalib terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri menyambut Fathimah. Tapi, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakar mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut, yaitu Umar bin Khaththab.

Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. Umar bin Khaththab memang masuk Islam belakangan, sekitar tiga tahun setelah Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya Umar bin Khaththab dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, Ali bin Abi Thalib mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar bin Khaththab..”. Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasulullah, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana Umar bin Khaththab melakukannya?. Ali bin Abi Thalib menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan Rasulullah shallallaahu ’alaihi wa sallam, maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.

Umar bin Khaththab telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’. Umar bin Khaththab adalah lelaki pemberani, sedangkan aku (Ali bin Abi Thalib), sekali lagi sadar. Bila dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah, apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. Umar bin Khaththab jauh lebih layak, dan Ali bin Abi Thalib pun ridha.

Bersambung ke  Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [8]

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank 
Read More...
 
TOP