Thursday, May 9, 2013
Senyum Lemahmu | Kumpulan Puisi

Senyum Lemahmu | Kumpulan Puisi

Kumpulan Puisi

~ Senyum Lemahmu ~
Senyum Lemahmu | Kumpulan Puisi
My Lovely Grandpa and Grandma

Masih terngiang dibenak
Cambukan dan hantaman perih terasa
Dari tangan keriput penuh sayatan keras
Merona cahaya arteri disela tulang lemah tak ada daya
Kini terbaring lesu tanpa gerak
Diatas ranjang pesakitan sang tangan tuhan berjubah putih

Makna itu seakan tersirat oleh diammu
Dibalik wajah lesu bagai meringis sakit
Menahan perih dari sakit torehan lalu
Senyum berbinar tanda kokohnya harapmu padaku
Namun senyum itu kian memudar
Berganti terkaman siksa yg tergambar

Ya Allah tuhan ku pemberi segala pinta
Cukupkanlah derita batin dan siksaannya
Meski ku tau ini jalan setapak penuh duri
Pertanda ujian akhir bagi insan lemahmu
Dalam tiap detik-detik akhir penantian

Siramkan padanya bahagia direlung hati
Dalam perjalanan ke langkah dunia berikutnya
Luluhkan segala dosa-dosa dari dirinya
Bersama gugurnya siraman air terakhir
Sucikan dia dari sentuhan api membakar
Bersama titipan doaku pada diri lemah penuh senyuman

# Untukmuyangterhempaslemah
##Mylovely Grandpa
###Sacrosaint87

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. Desir Syair Rindu
Read More...
Wednesday, May 8, 2013
Problematika Kodrat dan Adat/Kebiasaan seorang wanita

Problematika Kodrat dan Adat/Kebiasaan seorang wanita

Problematika Kodrat dan Adat/Kebiasaan seorang wanita
Sebelum melangkah pada pembahasan hubungan antara kodrat, adat/kebiasaan seorang wanita, terlebih dahulu kita harus mengerti pengertian keduanya agar kiranya nanti kita tidak salah mengartikan defenisi dan batasan dari kodrat dan adat yang tersemat kedalam diri seorang wanita.

Defenisi kodrat

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, defenisi kodrat adalah [1] kekuasaan (Tuhan): manusia tidak akan mampu menentang kodrat atas dirinya sbg makhluk hidup; [2] hukum (alam): benih itu tumbuh menurut kodrat nya; [3] sifat asli; sifat bawaan: kita harus bersikap dan bertindak sesuai dengan kodrat kita masing-masing. 
Sedangkan dalam pengertian lain Defenisi kodrat adalah suatu ketentuan yang tersemat dalam diri seorang/sesuatu hal yang tidak dapat di kendalikan oleh manusia karena itu merupakan hukum yang bersumber dari Allah subhanahu wata'ala.

Defenisi Adat

Dalam Kamus besar bahasa Indonesia, Adat adalah (1) aturan (perbuatan dsb) yg lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala: menurut adat daerah ini, laki-lakilah yg berhak sbg ahli waris; (2) cara (kelakuan dsb) yg sudah menjadi kebiasaan; kebiasaan: demikianlah adat nya apabila ia marah; (pd) adat nya; (3) wujud gagasan kebudayaan yg terdiri atas nilai-nilai budaya, norma, hukum, dan aturan yg satu dng lainnya berkaitan menjadi suatu sistem; (4) Pungutan cukai menurut peraturan yg berlaku (di pelabuhan dsb).
Dalam pengertian lain Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dalam lingkup masyarakat pada suatu daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi masyarakat pendukungnya, adat adalah norma yang tidak tertulis, namun memiliki ikatan yang sangat kuat sehingga anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat/kebiasaan akan menderita atau dikenakan sanksi keras yang meski tidak langsung dikenakan kepada individu yang melanggar.

Problematika Kodrat Seorang Wanita

Dari defenisi di atas terdapat defenisi yang membatasi atau sekat-sekat yang telah terbangun dalam hal kodrat, bagi wanita kodrat yang disanding/tersemat dalam diri wanita ada 4 yaitu :
  1. Melahirkan
  2. Menyusui
  3. Mengandung
  4. Menstruasi
Ke empat poin di atas adalah kodrat yang cuma wanita/perempuan yang memilikinya, dari defenisi kodrat terpampang jelas bahwa kodrat adalah pemberian Allah subhanahu wata'ala yang tidak dimiliki oleh gender lain (laki-laki). Dalam berbagai artikel tentang kodrat pun ada yang membahas tentang aktifitas/kegiatan/habit yang berangsur-angsur berubah menjadi kodrat (pemberian) yang bersumber dari kebiasaan-kebiasaan, ini sangat bertentangan dengan makna kodrat yang tersemat sebagai pemberian dari Allah subhanahu wata'ala, dan terkadang menjadikan wanita terkekang. Menurut diskusi dengan beberapa pelaku emansipasi wanita kodrat wanita tidaklah semestinya disetarakan dengan adat istiadat karena kodrat adalah "given" atau pemberian yang bersumber dari tuhan (Allah subhanahu wata'ala), oleh karenanya perlu dipilah-pilah tentang perbedaan antara kodrat dan adat.
Bilamana aku kurang santun dalam bernasihat, ataukah kurang ramah dalam menyampaikan kebaikan, itu hanya sentilan agar engkau lebih baik dari apa yang tak pernah engkau kira, meskipun aku belum tentu sebaik yang engkau kira, namun aku berusaha menyampaikan kebenaran (menurut diriku dengan dasar-dasarnya), dengan memegang prinsip "Saling ingat mengingatkanlah sesama muslim"

*)Sumber : 
http://kamusbahasaindonesia.org/kodrat#ixzz2SijKKPrL
http://kamusbahasaindonesia.org/adat#ixzz2SipEUAkV


©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. Desir Syair Rindu
Read More...
Waktu-waktu haram untuk berpuasa

Waktu-waktu haram untuk berpuasa

Waktu-waktu haram untuk berpuasa
Berpuasa memang suatu kewajiban di ataranya ada puasa sunnah dan ada puasa wajib yang bisa anda baca di artikel Pengertian dan Jenis Puasa Wajib dan Sunnah dan mengenai Dalil dan Hukum berpuasa dapat anda baca pada artikel "Dalil-Dalil Hukum Berpuasa", untuk melanjutkan pembahasan tentang puasa kita mungkin perlu juga untuk mengetahui waktu-waktu yang tidak diperbolehkan untuk berpuasa.

Adapun waktu-waktu itu adalah :

Dua Hari Raya

Rasulullah salallahu alaihi wasallam bersabdah :
"Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Abdul Malik bin 'Umair berkata, aku mendengar QAza'ah berkata; Aku mendengar Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu yang pernah mengikuti peperangan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak dua belas peperangan, berkata: "Empat perkara yang aku dapatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yang perkara-perkara itu menakjubkan aku (yaitu): "Tidak boleh seorang wanita bepergian sepanjang dua hari perjalanan kecuali bersama suaminya atau mahramnya, dan tidak boleh shaum dua hari raya, 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adhha, dan tidak boleh melaksanakan dua shalat, yaitu setelah 'Ashar hingga matahari terbenam, dan setelah Shubuh hingga matahari terbit, dan tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Al Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjidku ini " (HR. Bukhari No. 1858)

Hari-Hari Tasyriq
Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum, hal ini sesuai dengan sabdah Rasulullah salallahu alaihi wasallam sehingga hari tersebut diharamkan untuk berpuasa, hari tasyriq adalah pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah, dalil-dalilnya adalah sebagai berikut :

"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah aku mendengar 'Abdullah bin 'Isa bin Abu Laila dari Az Zuhriy dari 'Urwah dari 'Aisyah dan dari Salim dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma keduanya berkata: "Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyriq kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan korban (Al Hadyu) ketika menunaikan haji" (HR. Bukhari No. 1859)

dan pada hadist

"Dan Telah menceritakan kepada kami Suraij bin Yunus telah menceritakan kepada kami Husyaim telah mengabarkan kepada kami Khalid dari Abu Malih dari Nubaisyah Al Hudzali ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hari-hari Tasyriq adalah hari makan-makan dan minum." Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami Isma'il yakni Ibnu Ulayyah dari Khalid Al Hadzdza` telah menceritakan kepadaku Abu Qilabah dari Abu Al Malih dari Nubaisyah. Khalid berkata; Saya menjumpai Abu Malih dan bertanya kepadanya, maka ia pun menceritakannya kepadaku, lalu ia menyebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dengan hadits yang serupa dengan haditsnya Husyaim dan ia menambahkan; Dan dzikir kepada Allah" (HR. Muslim No. 1926)

Berpuasa pada Hari Jumat dan Sabtu secara khusus

Berpuasa pada hari-hari ini adalah haram hukumnya ini sesuai dengan sabdah Rasulullah salallahu alaihi wasallam :
"Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Khalid berkata; telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah dari Abu Bisyr seorang muadzin di Damaskus, dari 'Amir bin Ludain Al Asy'ari ia berkata; Aku bertanya kepada Abu Hurairah tentang puasa pada hari jumat, maka ia menjawab; Nabi Shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Hari Jumat adalah hari raya, maka janganlah kalian jadikan hari raya kalian untuk berpuasa, kecuali jika engkau berpuasa sebelum atau sesudahnya."(HR. Ahmad No. 10470)

Dalam hadist lainnya yaitu :

"Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Habib, dan telah diriwayatkan dari jalur yang lain: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Qubais dari penduduk Jabalah, telah menceritakan kepada kami Al Walid, seluruhnya dari Tsaur bin Yazid dari Khalid bin Ma'dan dari Abdullah bin Busr As Sulami, dari saudarinya, Yazid berkata; Shama`, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali yang diwajibkan atas kalian, dan apabila salah seorang diantara kalian tidak mendapatkan sesuatu kecuali kulit pohon anggur atau ranting pohon maka hendaknya ia mengunyahnya." Abu Daud berkata; hadits ini adalah hadits yang telah di naskh (yang hukumnya telah diganti dengan ayat atau hadits yang lain)." (HR. Abu Daud No. 2068)

Adapun riwayat yang disampaikan Tarmidzi

"Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas'adah telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Habib dari Tsaur bin Yazid dari Khalid bin Ma'dan dari Abdullah bin Busr dari saudarinya bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: " Janganlah kalian berpuasa hanya pada hari sabtu kecuali jika Allah mewajibkan berpuasa pada hari tersebut, jika pada hari itu kalian tidak mendapati kecuali sebutir anggur atau sebatang pohon maka kunyahlah ia". Abu 'Isa berkata, ini merupakan hadits hasan. Maksud dimakruhkannya puasa pada hari sabtu adalah jika dia mengkhushushkan puasa pada hari sabtu, karena orang-orang Yahudi mengagungkan hari sabtu." (HR. Tarmidzi No. 675)


Berpuasa Sepanjang Masa Hal ini 

"Dan telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij ia berkata, saya mendengar 'Atha` ia berdalih bahwa Abul Abbas telah mengabarkan kepadanya, bahwa ia mendengar Abdullah bin Amru bin Al Ash radliallahu 'anhuma, berkata; Telah sampai berita kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa saya berpuasa setiap hari dan shalat sepanjang malam. Kemungkinan beliau yang mengutus seseorang kepadaku, atau mungkin juga saya yang berjumpa dengan beliau. Kemudian beliau bertanya: "Benarkah kabar yang menyatakan bahwa kamu berpuasa dan tidak pernah berbuka, dan kamu juga shalat sepanjang malam (tidak tidur)? Janganlah kamu lakukan, karena kedua matamu juga mempunyai hak, dirimu mempunyai hak, dan keluargamu juga memiliki hak. Karena itu, hendaklah kamu berpuasa dan juga berbuka, kamu shalat dan juga tidur. Kemudian berpuasalah sehari dalam setiap sepuluh hari, maka kamu akan mendapatkan ganjaran pahala sembilan kali." Ia berkata, "Sungguh, saya masih kuat lebih dari itu wahai Nabiyullah." Beliau menjawab: "Kalau begitu lakukanlah puasa Dawud 'Alahis salam." Abdullah bertanya, "Bagaimanakah Nabi Dawud berpuasa wahai Nabiyullah?" beliau menjawab: "Nabi Dawud berpuasa sehari dan berbuka sehari. Dan Nabi Dawud juga tidak kabur melarikan diri dari medan peperangan, tepatnya ketika berhadapan dengan musuh." Abdullah bertanya lagi, "Lalu ganjaran apa yang saya dapatkan dari puasa ini wahai Nabiyullah?" Atha` berkata; Saya tidak tahu bagaimana ia menyebutkan puasa sepanjang masa. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menajawab: "Tidak akan mendapatkan pahala puasa, bagi siapa saja yang berpuasa sepanjang masa. Tidak akan mendapatkan pahala puasa, bagi siapa saja yang berpuasa sepanjang masa." Dan telah meceritakannya kepadaku Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bakr telah mengabarkan kepada kami Ibnu Juraij dengan isnad ini, dan berkata; Bahwa Abul Abbas Asy Sya'ir telah mengabarkan kepadanya, ia berkata; Muslim Abul Abbas As Sa`ib bin Farrukh adalah seorang penduduk Makkah dan ia adalah seorang yang Tsiqqah (terpercaya) dan Adil."(HR. Muslim No. 1966)

dan pada hadist
"Telah mengabarkan kepadaku 'Amr bin Hisyam dia berkata; telah menceritakan kepada kami Makhlad dari Al Auza'i dari Qatadah dari Mutharrif bin 'Abdullah bin Asy Syakhkhir; bapakku telah mengabarkan kepadaku bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika disebutkan kepadanya tentang seseorang yang berpuasa sepanjang masa, beliau bersabda: "Ia -dianggap- tidak berpuasa dan tidak berbuka." (HR. Nazai No. 2339)

*)Sumber Hadist : Hadist Online

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. Desir Syair Rindu
Read More...
Tuesday, May 7, 2013
Dalil Hukum berpuasa

Dalil Hukum berpuasa

Dalil Hukum berpuasa
Dalam pelaksanaannya Puasa memiliki beberapa hal penting yang dilaksanakan untuk kesempurnaan ibadah puasa tersebut, namun disamping itu ada hukum yang tersirat dalam ibadah ini.

Hukum Ibadah puasa terbagi menjadi 3 bagian

Wajib : Hukum puasa akan menjadi wajib pada Bulan Ramadhan hal ini tersirat dalam Surah :
Sunnah : Hukum puasa akan menjadi sunnah jika berpuasa pada hari-hari tertentu (diluar bulan ramadhan)
Haram : Hukum puasa akan menjadi haram jika dilaksanakan pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa yaitu pada dua hari raya yakni Hari raya Idul Fitri (1 Syawal), Hari raya Idul Adha (10 Dzulhijjah) dan pada Hari syak (29 Syaaban), Hari Tasrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah)

Adapun Hukum ini tersirat dalam firman Allah :
QS. Al Baqarah 2:183
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa" (QS. Al Baqarah 2:183)
dan pada surah :
QS. Al Baqarah 185
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur." (QS. Al Baqarah 185)

Dalam Hadist Rasulullah salallahu alaihi wasallam tentang Melaksanakan shaum Ramadan (Puasa Wajib) karena mencari ridla Allah subhanahu wata'ala bagian dari iman

"Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami Abu Hayyan At Taimi dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah Islam itu?" Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril 'Alaihis salam) berkata: "Apakah ihsan itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu". (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat" (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; "Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka." Abu Abdullah berkata: "Semua hal yang diterangkan Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dijadikan sebagai iman." (HR. Bukhari No. 48)

Sunnah puasa berdasarkan dalil (Tentang Puasa Sya'ban)
"Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Abu Nadlr Maula Umar bin Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata; "Sudah biasa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya'ban."(HR. Muslim No. 1956)

Haramnya Puasa berdasar pada dalil 
"Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Abdul Malik bin 'Umair berkata, aku mendengar QAza'ah berkata; Aku mendengar Abu Sa'id Al Khudriy radliallahu 'anhu yang pernah mengikuti peperangan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebanyak dua belas peperangan, berkata: "Empat perkara yang aku dapatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yang perkara-perkara itu menakjubkan aku (yaitu): "Tidak boleh seorang wanita bepergian sepanjang dua hari perjalanan kecuali bersama suaminya atau mahramnya, dan tidak boleh shaum dua hari raya, 'Iedul Fithri dan 'Iedul Adhha, dan tidak boleh melaksanakan dua shalat, yaitu setelah 'Ashar hingga matahari terbenam, dan setelah Shubuh hingga matahari terbit, dan tidaklah ditekankan untuk berziarah kecuali untuk mengunjungi tiga masjid, Al Masjidil Haram, Masjidil Aqsha dan Masjidku ini " (HR. Bukhari No. 1858)

Dari dasar di atas puasa dan dari Rukun Islam dimana puasa adalah salah satu di antara lima rukun Islam, hukum berpuasa adalah wajib, sunnah dan haram dengan kondisi seperti penjelasan di atas.

*)Sumber Hadist : Hadist Online

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank
Read More...
Monday, May 6, 2013
Pengertian dan Jenis Puasa | Wajib dan Sunnah

Pengertian dan Jenis Puasa | Wajib dan Sunnah

Pengertian dan Jenis Puasa | Wajib dan Sunnah

Pengertian/Defenisi Puasa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia defenisi Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk periode waktu tertentu, Sedangkan menurut bahasa arab Puasa atau Sauwm ( صوم ) artinya mencegah atau menahan dan dalam pengertian syariahnya berarti menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.

Jenis-Jenis Puasa

Puasa yang hukumnya wajib

Puasa Ramadan
Puasa Ramadhan adalah suatu aktifitas ibadah yang dilaksanakan pada bulan ramadhan sesuai dengan kalender Islam (Hijriah).

Puasa karena nazar
Puasa Nazar adalah Puasa yang dilaksanakan karena melakukan nazar (berjanji) akan melakukannya dikarenakan sebab-sebab tertentu yang baik.

Puasa kifarat atau denda
Puasa Kifarat adalah puasa yang dilaksanakan karena melakukan pelanggaran atau hal-hal yang dilarang oleh agama dengan tujuan sebagai penebus dosa (membayar denda).

Puasa yang hukumnya sunah


Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada bulan syawal (berakhirnya bulan ramadhan) selama 6 hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri
Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 1-9 Dzulhijjah yang dimana keutamaannya ada pada tanggal 9 Dzulhijjah dikarenakan pada tanggal tersebut jemaah Haji Berkumpul untuk wukuf di Arafah atau disebut hari Arafah, Ibadah ini diperuntukkan untuk orang yang tidak melaksanakan ibadah Haji
Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah yakni pada hari tarwiyah, Ibadah ini diperuntukkan untuk orang yang tidak melaksanakan ibadah Haji.
Puasa Senin dan Kamis
Puasa Senin Kamis adalah Puasa sunnah yang dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis, hari senin dan kamis adalah hari-hari yang utama dalam Islam, Keduanya merupakan hari di mana amal-amal hamba diangkat dan diperlihatkan kepada Allah subhanahu wata'ala

Puasa Daud
Puasa Daud adalah Puasa sunnah yang dilaksanakan selang-seling (bergantian sehari puasa sehari berbuka), dikatakan sebagai puasa daud karena ini merupakan salah satu jenis puasa sunnah yang diamalkan oleh Nabi Daud Alaihi Salam dan Allah sangat menyukai puasa sunnah yang satu ini.

Puasa 'Asyura
Puasa 'Asyura adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari 'Asyura yakni pada hari ke 10 bulan Muharram, Rasulullah memerintahkan ummatnya untuk mengiring puasa pada tanggal ini sehari sebelum dan sesudahnya dengan tujuan agar tidak seperti puasa yang dilaksanakan oleh umat Nasrani dan Yahudi yang berpuasa juga saat itu.

Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)
Puasa 3 Hari Tengah bulan adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal-tanggal putih (Yaumul Bidh) yakni pada tanggal 13,14 dan 15 tiap bulannya.

Puasa Sya'ban (Nisfu Sya'ban)
Puasa Sya`ban adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada bulan sya`ban, dikatakan bulan sya`ban karena ini adalah bulan dimana orang-orang arab dahulu berpencar mencari air.

Puasa bulan Haram (Asyhurul Hurum)
Puasa bulan haram adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan-bulan haram yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharrom, dan Rojab, dikatakan haram karena bulan bulan tersebut dimaksudkan untuk melepas sesuatu yang haram (meninggalkan sesuatu perbuatan yang haram) dan mengamalkan puasa dan ibadah-ibadah lain pada bulan-bulan tersebut

*)Sumber : Wikipedia

©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank
Read More...
 
TOP