Sepeninggalan Orang Tua Rabi'ah
Masa kecil Rabi'ah terkenal dengan kesholehannya, apalagi setelah kedua orang tuanya meninggal dan menjadi yatim piatu, hampir tak ada yangdiwariskan orang tuanya ketika itu, hanya sebuah perahu kecil yang dipergunakan ayahanda rabiah untuk mencari nafkah yang menjadi warisan satu-satunya yang agak berarti bagi keluarga Rabi'ah, kakak-kakak Rabi'ah yang sudah beranjak dewasa terpaksa mencari pekerjaan untuk hidup.
Rabiah melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan ayahandanya yakni jasa menyebrangkan orang di sungai Dajlah, menurut kisah Rabi'ah lah yang paling siap mental maupun fisiknya untuk hidup dibandingkan ketiga kakaknya, Rabi'ah seringkali menangis jika teringat kepada kedua orang tuanya, namun tak jarang pula menangis tanpa sebab yang ia ketahui, dikisahkah suatu sore Rabi'ah menangis tersedu-sedu, lalu kakaknya menegurnya, "Apa yang sedang engkau sedihkan Rabi'ah" Rabiahpun menjawab "Tak Tahulah aku, namun aku merasa sedih sekali" dan tangis rabiah pun terus mengalir, disela isak tangisnya Rabi'ah berkata
"Aku merasakan sesuatu kesedihan yang aneh sekali tanpa kuketahui sebabnya, seolah-olah ada sesuatu jerit dari lubuk hatiku yang menyebabkanku mengeluarkan air mata ini, bagaikan ada suatu munajat dalam pendengaranku yang tak dapat aku hadapi, kecuali dengan mengucurkan air mataku"
Setelah peristiwa tersebut Rabi'ah selalu bermimpi dalam tidurnya, berulang-ulang dengan mimpi yang sama, dalam mimpi itu, Rabi'ah melihat cahaya yang amat terang yang akhirnya menyatu kedalam tubuh dan jiwanya, setelah beberapa malam Rabi'ah bermimpi seperti itu, pada suatu saat Rabi'ah sendiri berada di atas perahunya , nyatalah mimpi tersebut, Rabi'ah tiba-tiba menatap cakrawala dan tiba-tiba terdengar suara yang sangat merdu.
Lebih indah dari senandung serunai nan merdu di kegelapan malam terdengar bacaan Qur'an, alangkah bahagianya karena Allah mendengarnya, suara nan merdu itu membangkitkan keharuan dan air mata Rabi'ah pun bercucuran, pipinya sujud menyentuh tanah bergelimang debu sedang hatinya penuh akan cinta kepada Allah, ia berkata "Tuhanku, tuhanku, Ibadah kepadamu meringankan deritaku"
Rabiah segera beranjak pulang ingin segera beranjak pulang ke rumah, seraya ingin merebahkan diri karena sudah diliputi kantuk, akan tetapi kejadian yang mengejutkan terjadi lagi, tempat tidur Rabi'ah diselimuti cahaya, yang menyandungkan kalimat-kalimat yang pernah didengarnya dan seraya memanggil Rabi'ah "Hai Rabi'ah, belum datangkah saat engkau kembali kepada Tuhan-Mu" kejadian tersebut mengantarkan rabiah pada kehidupan yang penuh dengan ibadah kepada Allah SWT
*) Sumber : Buku | Muhabbah Cinta - Rabi'ah Al-Adawiyah
Bersambung ke Kisah Rabi'ah Al-Adawiyah | Perintis Cinta Ilahi [5]
*) Sumber : Buku | Muhabbah Cinta - Rabi'ah Al-Adawiyah
Bersambung ke Kisah Rabi'ah Al-Adawiyah | Perintis Cinta Ilahi [5]
©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank
0 komentar :
Post a Comment