Peristiwa tahun 2001 lalu kini terulang kembali, "Kini tragedi yang sama terulang kembali" ungkap Ridwan , hal ini memang sudah disinyalir dari sejak lama, bahwa menurut beliau pengerukan sungai Maros sangat dibutuhkan, agar terjadi kesinambungan saluran sanitasi menuju ke laut, sungai induk (sungai Maros) memang sempat menjadi tempat penambangan pasir, namun hal ini tidak terkoordinir dengan baik, sehingga terdapat bagian yg mengalami pendangkalan dan yang lainnya tidak. Penambangan yang tidak terkoordinir ini adalah penyebab utama terjadinya abrasi yang berujung pada pendangkalan sungai induk (sungai Maros) berbagai argumenpun di saling beradu (Ridwan Dkk) sekitar pukul 03.00 dini hari sewaktu berteduh di Mesjid Al Markaz Al Islami Kab. Maros, beberapa anggotanyapun sudah memulai penghitungan kerugian warga, yang di perkirakan mencapai milyaran.
Depan Kantor Bupati |
Kabupaten Maros adalah wilayah yang sangat strategis, menghubungkan berbagai kabupaten, "Kabupaten Maros merupakan Segitiga Bermuda Transportasi Sulawesi Selatan" ungkap Ridwan, pada pukul 09.25 WITA kemacetan pun terjadi mulai dari kantor bupati kabupaten Maros sampai daerah Tambua (Kec. Bontoa) kemacetan diperkirakan sepanjang 4 Km, tak hanya itu kerugian pun di derita dari berbagai pihak, baik warga yang menempati wilayah-wilayah banjir sampai di Pedesaan (Wilayah Sawah dan peternakan, serta Pertambakan) sampai pada warga yang tinggal di wilayah pegunungan (Kec. Camba, Mocongloe dan Tanralili), Di daerah Bantimurung yakni tepatnya daerah Bontosunggu, kondisi banjir yang meluap sampai melahap peternakan ayam milik warga, hal ini merupakan kali pertama terjadi di daerah tersebut, para warga berargumen bahwa penyebab utama terjadinya banjir di wilayah Bontosunggu karena tahun ini dibangun sebuah pabrik Orang Tua Group (www.ot.co.id) , sehingga hilangnya beberapa meter persegi tempat penyerapan air (sawah), yang tidak di imbangi dengan saluran pembuangan (sanitasi) yang baik. Kerugian sementara yang dapat dihitung sekitar 12.000 Ekor Unggas Mati, Padi yang ditanam sekitar 2 minggu telah terendam air selama 4 hari, dan pertambakan warga yang terkena imbas air bah dari anak sungai induk Kab. Maros ini terancam mengalami gagal panen.
Tak hanya itu, kabar berita dari Kecamatan Camba, yang sekitar 70% dataran tinggipun mengalami kejadian yang sama, ungkap warga setempat "selama berpuluh-puluh tahun mereka menetap di tempat tersebut, baru kali ini mendapatkan banjir setinggi ini", tak dapat di pungkiri bahwa curah hujan yang cukup deras juga merupakan faktor utama kondisi ini, efek dari cuaca yang susah untuk di prediksi, merupakan efek dari pemanasan global (Global Warming), bencana alam ini tak hanya sampai disitu saja, jalanan masuk ke situs purbakala Leang-Leang pun tak luput dari terjangan air, aliran air yg deras bs saja menghanyutkan warga/kendaraan yang melintas.
Jalan penghubung situs purbakala Leang-Leang |
Pagi ini Terdapat Laporan meski belum terlalu jelas kebenarannya 1 orang meninggal yang mencoba menerobos air bah yang menerjang ke jalan poros Makassar-Maros, jalur transportasi utama penghubung antara Maros-Makassar-Pangkep-Bone, dan pada malam hari sekitar pukul 11.00 WITA 3 orang terseret arus dari jalur penghubung terminal maros ke perumnas tumalia, beruntungnya korban ditemukan setelah pencarian beberapa lama melewati beberapa hektar lahan yang di tempati air bah (di belakang kantor bupati Maros) oleh tim SAR setempat, korban ditemukan terdampar di tembok kantor pajak kabupaten Maros, meskipun harus kehilangan kendaraan yang di tumpanginya, ketika diterjang air bah dari arah timur, menerjang jalan yang dilewati korban.
Meski tak sedikit yang mengalami kerugian, ada beberapa orang/penduduk yg memanfaatkan bencana ini dan merasa bahwa bencana ini membawa berkah bagi mereka, yakni pedagang makanan dan minuman, dikarenakan pengungsi dari dalam dan luar kota banyak yang mengungsi di mesjid besar Al Markas Kab. Maros dan masih menunggu bantuan dari pemerintah daerah setempat.
"Apa yang terjadi di Kab. Maros adalah cerminan diri dan cerminan dari sebuah kebijakan yang tidak berdasar kepada Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Banjir yang terjadi hampir setiap tahun (bukan hanya di daerah perkotaan, melainkan daerah-daerah yang Sudah menjadi langganan Banjir) seharusnya menjadi pelajaran kepada kita sehingga kita dapat membuat sebuah kebijakan yang sifat preventif (pencegahan) untuk meminimalisir Musibah"
*) Penuturan Warga setempat (Pemerhati Lingkungan)
Pembelajaran yg sangat berarti bagi semuanya, bahwa apa yang ada dan terjadi saat ini adalah ulah kita sendiri, dan sudah sepatutnya menjadi pedoman kita kedepan agar mampu melihat dengan bijak pembangunan masa akan datang yang harus sinergi dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, Kejadian ini mungkin teguran dan himbauan agar setiap manusia bisa lebih bijak dalam mempergunakan dan menjaga alam. (pen)
Depan kantor Bupati Maros |
0 komentar :
Post a Comment