Sungguh nikmat besar yang Allah berikan kepada hamba-hambanya adalah nikmat islam dan hidayah untuk mengikuti syariat Rasulullah Shalallohu a`laihi wassalam , karena perkara yang dikandung oleh syariat ini berupa kebahagian di dunia dan akhirat. Tidak diragukan lagi bahwa islam datang untuk menjaga kemuliaan dan memelihara kemuliaan wanita, islam menempatkanya pada tempat yang sesuai, islam menjauhkan wanita dari perkara yang dapat memburukan dan mencemari kemuliaannya, serta memerintahkan pula kepada wanita untuk menjaga kesopanan dalam pakaianya ,dan mewajibkan berhijab,karena dengan berhijab dirinya lebih terjaga dan lebih suci dari semua pihak. Kalau kita perhatiakan realita hari ini, sungguh sesuaktu yang menyedihkan dan memilukan apa yang diperbuat oleh sebagian wanita ,mereka mempertontonkan perhiasaanya, menampakan keindahan tubuh mereka dihadapan laki-laki yang bukan mahromnya,dan mereka keluar rumah kepasar-pasar dalam keadaan bersolek dan memakai wangi-wangian, bercampur baur dengan laki- laki ditempat umum yang dimana mereka (laki-laki/Perempuan) itu bukan Mahromnya. ini semua merupakan fitnah yang besar yang dapat menghancurkan sendi dan bangunan islam.
Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan di dunia ini adalah untuk saling melengkapi satu sama lain, hingga mereka berdua dapat hidup di dunia ini dengan harmonis saling kasih dan saling sayang. Sikap saling melengkapi merupakan sikap yang harus dimiliki satu sama lain karena yang satu berbeda dengan yang lain, laki-laki berbeda dengan perempuan, hal tersebut tidak dapat dipungkiri lagi baik secara biologis atau secara psikologis. Secara biologis organ tubuh laki-laki berbeda dengan organ tubuh perempuan, dimana Allah menciptakan seorang laki-laki dengan bertubuh kekar dan lebih kuat dibanding wanita yang telah diciptakan dengan postur tubuh yang lemah dan sensitif. Dari segi psikologis juga, Allah telah menjadikan wanita dengan tabiat yang sensitif dan lebih mendahulukan perasaan dan hatinya dari pada akal dan pikirannya, berbeda dengan laki-laki yang selalu berpikir rasional, dan lebih mendahulukan akal dan pikirannya dari pada perasaan. Perbedaan antara satu dengan yang lain ini adalah sebuah fitrah yang merupakan suatu hal yang wajar. Allah SWT juga berfirman :
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar. Rum 30:21)
Islam menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur serta mengangkat martabatnya dari sumber keburukan dan kehinaan, dari penguburan hidup-hidup dan perlakuan buruk ke kedudukan yang terhormat dan mulia,sebab wanita menjadi ibu dan sebagai istri yang harus diperlakukan dengan lemah lembut dan kehalusan. Seorang mukminah yang teguh dalam ketaatanya, maka Allah telah menyediakan baginya seperti apa yang telah disediakaan bagi kaum mukminin, tidak ada perbedaan dalam hal ini, sebagaimana firman Allah Ta`ala :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.".(QS. An Nahl 16:97 ).
Allah SWT menciptakan kaum wanita dengan susunan yang sangat berbeda dengan susunan tubuh laki laki, Allah mempersiapkan wanita untuk bekerja didalam rumah dan sifat pekerjaan yang sesuai dengan kewanitaanya. Dalam sebuah hadist Rasullah Shalallohu a`laihi wassalam bersabda :
الدنيا متاع وخير متاعا الدنيا المرأة الصالحة
“ Dunia adalah perhiasaan ,dan sebaik sebaik perhiasan adalah wanita shalihah “.(HR Muslim ).
Islam telah menentukan kewajiban- kewajiban tersendiri bagi masing masing laki- laki dan wanita,dan masing masing dituntut untuk melaksanakan perananya, sehingga dengan begitu bangunan masyarakat akan sempurna baik didalam maupun diluar rumah, laki laki dituntut untuk mencari nafkah,sementara wanita dituntut untuk mendidik anak-anaknya, memberi perhatian, kasih sayang, menyusui, dan mengasuhnya.sedangkan meninggalkan tugas tugas rumah bagi wanita berarti menyia- nyiakan rumah dan penghuninya,hal ini akan menyebabkan terpecahnya lahir dan batin keluarga. Allah SWT berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At-Tahrim 66:6)
Secara definisi wanita karir bermakna
(a) seorang wanita yang menjadikan karir atau pekerjaannya secara serius;
(b) perempuan yang memiliki karir atau yang menganggap kehidupan kerjanya dengan serius (mengalahkan sisi-sisi kehidupan yang lain).
Pada masa Rasulullah sendiri, ada banyak wanita yang juga dikenal sebagai wanita karir. di antaranya yaitu Siti Khadijah, istri Nabi, adalah satu di antaranya. Namun demikian, kita semua tahu bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya tujuan kita hidup di dunia. Pada kenyataannya ekonomi hanyalah sarana untuk menopang sisi-sisi kehidupan yang lain. Penting juga diperhatikan penataan rumah yang baik, bersih dari najis dan terhindar dari aroma yang kurang sedap. Sehingga hasilnya ciptakan suasana rumah yang menjadikan suami betah berada di dalamnya. Untuk membuat penampilan lebih menarik tidak harus dengan wajah yang cantik, demikian juga untuk membuat rumah bersih dan rapih tidak harus dengan harga yang mahal. Insya Allah semuanya bisa dilaksanakan dengan mudah selama ada keinginan dan diniatkan ikhlas untuk mencari ridha Allah. karena segala sesuatu yang baik itu akan bernilai ibadah bila diniatkan hanya untuk Allah.
Wanita karir pada zaman Nabi sungguh berbeda dengan wanita karir yang ada pada zaman sekarang ini, pergeseran makna wanita karir pada zaman sekarang sungguh sangat berbeda dengan wanita karir (Siti Khadijah).
Dibandingkan kepada istri yang lain, rasa cinta Nabi Muhammad SAW terhadap Siti Khadijah sangat besar. Saat menikahi Siti Khadijah, Nabi Muhammad tidak melakukan poligami. Bahkan setelah meninggal, Nabi Muhammad masih sering membicarakan mendiang istrinya. Sebuah rasa cinta yang teramat besar. Sebagai wanita, kita bisa belajar banyak dari sosok teladan seorang Siti Khadijah. Inilah beberapa di antaranya:
Menjadi Seorang Janda Terhormat Di masa kehidupan seorang Siti Khadijah, wanita adalah kaum yang dikucilkan dan tidak ada harganya, apalagi seorang janda. Siti Khadijah pernah diceraikan suaminya, tetapi beliau justru memiliki takdir sebagai pendamping seorang Rasulullah. Inilah bukti bahwa tidak selamanya seorang janda itu hina dan boleh dipandang sebelah mata (seperti cap yang diberikan masyarakat hingga saat ini). Jika sang wanita bisa menghormati diri dan perilakunya, maka status apapun yang disandang, dia pantas menjadi wanita mulia yang suatu saat akan memuliakan seorang pria dan keluarganya.
Mandiri Sebagai Saudagar Sudah menjadi rahasia umum bahwa Siti Khadijah adalah seorang wirausaha atau saudagar sukses dan kaya raya. Tidak banyak wanita yang mandiri di masa itu, apalagi menjadi seorang saudagar sukses. Inilah bukti bahwa wanita bukan makhluk yang lemah atau bodoh. Wanita bisa menghargai dirinya sendiri dengan menjemput rezekinya dengan mandiri. Dengan menjadi saudagar atau wirausaha, maka terbukalah kesempatan dan rezeki yang lebih besar untuk orang lain.
Tidak Menilai Pria Dari Kekayaannya Sebagai wanita cantik dan kaya, banyak pria kaya yang ingin melamar Siti Khadijah. Beberapa pelamar itu adalah orang-orang yang berasal dari keluarga kaya dan bersedia membayar berapapun mas kawin yang diinginkan Siti Khadijah. Tetapi wanita mulia tersebut menolak lamaran yang datang secara halus. Harta bukanlah satu-satunya penilaian dalam memilih pasangan hidup.
Melamar Terlebih Dahulu Jika Anda sering membaca kisah cinta Siti Khadijah dan Nabi Muhammad SAW, Anda pasti tahu bahwa Siti Khadijah yang terlebih dahulu menyatakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah. Melalui sahabatnya, Siti Khadijah menyampaikan keinginan itu. Hal ini menjadi sebuah jalan bagi wanita untuk tidak malu atau takut mengutarakan keinginan hatinya menikah dengan seorang pria baik, soleh dan berakhlak mulia. Menikah adalah tujuan yang mulia, jadi tidak perlu malu untuk sebuah tujuan mulia yang suci. Kalaupun lamaran itu tidak diterima, janganlah malu, karena Allah SWT pasti punya jawaban terbaik untuk menjawab jodoh seorang wanita.
Istri Yang Taat Pada Suami Dibandingkan dengan pria kaya raya yang melamar Siti Khadijah, kekayaan Rasulullah saat menikahi Siti Khadijah tidaklah besar. Tetapi Siti Khadijah memilih pria dengan akhlak mulia. Beliau tahu bahwa tugas seorang istri adalah mendampingi suami. Siti Khadijah juga taat dan tidak membawa nama besar keluarganya atau kekayaan yang dimiliki untuk mengurangi rasa hormatnya pada Rasulullah. Pilihlah pria yang taat dan memiliki akhlak mulia, juga pria yang rajin dan pantang menyerah menjemput rezeki halal.
Sebagai wanita muslimah, pandangan-pandangan di atas sudah sepatutnya jadi teladan, terlebih kepada wanita-wanita muslim yang ingin berkarir, Siti Khadijah merupakan sosok cerminan bagi wanita, agar senantiasa berprilaku baik terhadap suami meskipun beliau memiliki tuntutan untuk berkarir, meski Siti Khadijah memiliki harta yang sangat banyak dibandingkan Rasulullah SAW, beliau tidak pernah merasa lebih dibanding Rasulullah SAW, makna saling menghargai pun sangat kental didalamnya, bahkan Siti Khadijah membantu Rasulullah disaat beliau dikucilkan.
Wanita karir pada zaman Nabi sangat mengedepankan penghargaan kepada pemimpin rumah tangga (laki-laki) mengetahui kodrat semestinya yang di bebankan pada kaum perempuan, dimana tugas pokok utama seorang istri yaitu :
- Taat kepada suami dalam hal serta perkara bukan dalam rangka maksiat kepada Allah. Taat ini karena seorang suami adalah seorang pemimpin dalam rumah tangga.Dan ketaatan ini lebih didahulukan daripada melakukan ibadah sunnah. Rasulullah SAW bersabda : "Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat kecuali setelah mendapatkan izin suaminya."(HR. Al-Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026) Kewajiban dalam menaati suami ini dalam perkara yang ia perintahkan sebatas kemampuan seorang istri , karena hal ini juga merupakan keutamaan seorang lelaki terhadap kaum wanita.
- Mengerjakan pekerjaan rumah sebagai seorang ibu rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, membersihkan rumah dan sebagainya. Seorang istri sudah semestinya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti di atas dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati dan kesadaran bahwa hal itu merupakan salah satu ibadah kepada Allah.
- Menjaga harta suami. Dalam hal menjaga harta suami ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Sebaik-baik wanita penunggang unta, wanita Quraisy yang baik, adalah yang sangat penyayang terhadap anaknya ketika kecilnya dan sangat menjaga suami dalam apa yang ada di tangannya." (HR. Al-Bukhari no. 5082 dan Muslim no. 2527)
- Menjaga rahasia suami dan juga kehormatannya sehingga hal tersebut akan menumbuhkan kepercayaan sang suami secara penuh terhadapnya.
- Bergaul dengan suami dengan cara yang baik. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara membuatnya ridha ketika suami marah, menunjukkan rasa cinta dan sayang kepadanya dan juga penghargaan, mengucapkan kata-kata yang baik dan wajah yang selalu penuh senyuman, dan memaafkan kesalahan suami bila ia bersalah.Hal yang tidak kalah penting adalah dalam hal memperhatikan makanan,minuman, serta pakaian dari suami.
- Mengatur waktu dengan sebaik mungkin. Sehingga dengan mengatur waktu ini semua pekerjaan terselesaikan pada waktunya, menjaga kebersihan dan juga keteraturan didalam rumah sehingga selalu tampak rapi dan juga bersih hingga hal tersebut menimbulkan sesuatu yang menyenangkan pandangan bagi sang suami dan membuat buah hati menjadi betah di dalam rumah.
- Bersikap dan berkata jujur terhadap suami dalam segala sesuatu, Khususnya ketika ada sesuatu yang terjadi sementara suami tidak berada dalam rumah. Jauhi sifat dusta karena hal ini akan menghilangkan kepercayaan suami.
Dalam penerapannya, terkadang makna dan tugas pokok dan fungsi seorang istri sudah bergeser jauh dari perkiraan kita, ini disebabkan oleh perkembangan zaman dan pengaruh westernisasi yang terjadi di berbagai belahan bumi, pendidikan syariat islam pun mulai perlahan berganti dengan paham-paham kebarat-baratan, dari sekian banyak wanita yang meniti karir (wanita karir) sekitar 80% di antaranya sudah melenceng dari syariah Islam, terkadang wanita terlena dengan keinginan duniawi sehingga melupakan tugas pokok dan fungsi sebagai seorang istri.
Pembenahan etika dan pendekatan keimanan sebagai Muslimah yang baik adalah hal utama yang harus diketahui dengan seksama oleh wanita-wanita karir, baik yang belum menjadi wanita karir ataupun yang berniat untuk menjadi wanita karir, membicarakan dengan seksama dengan pemimpin rumah tangga (suami) tentang hal-hal yang penting mengenai karir seorang wanita adalah hal yang tak dapat dikesampingkan oleh seorang wanita (bersuami) yang ingin berkarir, jika tanpa persetujuan suami (inisiatif) maka wanita tersebut tidak berhak untuk mengambil keputusan, sebelum mendapat persetujuan dari suami.
©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank
0 komentar :
Post a Comment