Rumah tangga Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Dalam suatu kisah menceriterakan tentang keadaan rumah tanggal Ali bin Abi Thalib yang hidup miskin dan serba kekurangan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah yang bermanfaat bagi keluarganya”. Itulah jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Fatimah mengadukan keadaan keluarganya.
Dalam suatu kisah menceriterakan tentang keadaan rumah tanggal Ali bin Abi Thalib yang hidup miskin dan serba kekurangan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah yang bermanfaat bagi keluarganya”. Itulah jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Fatimah mengadukan keadaan keluarganya.
Suatu
ketika, Rasulullah keluar dari rumah Fatimah dengan tanda-tanda
kemarahan di wajahnya. Padahal beliau baru saja sampai di rumah Fatimah.
Sikap itu sebagai reaksi beliau atas penampilan anaknya yang mengenakan
giwang dan rantai terbuat dari perak, serta selot pintu rumah yang
terbuat dari bahan sejenis perak. Karena memahami sifat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Fatimah segera mencopot perhiasan dan
selot pintu dan menyerahkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, seraya berkata. :
“Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya ayahku”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat terharu, dan bersabda “Sungguh kamu telah melakukannya, wahai anakku. Ketahuilah, dunia ini bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, tak akan ada orang kafir diberi minum setetespun”.
“Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya ayahku”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat terharu, dan bersabda “Sungguh kamu telah melakukannya, wahai anakku. Ketahuilah, dunia ini bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, tak akan ada orang kafir diberi minum setetespun”.
Bukannya Ali bin Abi Thalib
tidak mau menyediakan seorang pembantu untuk isterinya tetapi memang
keadaan kefakiranlah yang sedemikian rupa. Ali bin Abi Thalib pun cukup
memaklumi isterinya yang setiap hari menguruskan anak-anak, memasak,
membasuh dan menggiling tepung, dan yang lebih memenatkan lagi bila
terpaksa mengambil air melalui jalan yang berbatu-batu jauhnya sehingga
kelihatan tanda di bahu kiri dan kanannya. Suami mana yang tidak sayang
kepada isterinya. Pada suatu ketika bila Ali bin Abi Thalib berada di
rumah turut menyinsing lengan membantu istrinya menggiling tepung di
dapur. “Terima kasih suamiku,” bisik Fatimah kepada suaminya. Usaha
sekecil itu, di celah-celah kesibukan sudah cukup berkesan dalam
membelai perasaan seorang isteri.
©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank
;((
ReplyDelete:-? :-? what do u cry for?
ReplyDelete