![Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [2] Kisah Cinta Ali Bin Abi Thalib & Fatimah Az-Zahra [2]](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieUfZDu0T_vSrHbRLLjv0_X2OIv2aurocfq_t5xv1z-3QGnkdkAMXlnoPUYPFXGhiRjrOBWKRsDRGs_bVhRo4BVh0-jE90fW1b_oM2KBuc9tpIxV6WoN0N5VX_3JHSeBljqFaQhtPm_gEp/s1600/sufi-wanita-1.jpg)
Rumah tangga Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Dalam suatu kisah menceriterakan tentang keadaan rumah tanggal Ali bin Abi Thalib yang hidup miskin dan serba kekurangan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah yang bermanfaat bagi keluarganya”. Itulah jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Fatimah mengadukan keadaan keluarganya.
Dalam suatu kisah menceriterakan tentang keadaan rumah tanggal Ali bin Abi Thalib yang hidup miskin dan serba kekurangan setelah menikah dengan Fatimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai anakku bersabarlah. Sesungguhnya sebaik-baik wanita adalah yang bermanfaat bagi keluarganya”. Itulah jawaban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika Fatimah mengadukan keadaan keluarganya.
Suatu 
ketika, Rasulullah keluar dari rumah Fatimah dengan tanda-tanda 
kemarahan di wajahnya. Padahal beliau baru saja sampai di rumah Fatimah.
 Sikap itu sebagai reaksi beliau atas penampilan anaknya yang mengenakan
 giwang dan rantai terbuat dari perak, serta selot pintu rumah yang 
terbuat dari bahan sejenis perak. Karena memahami sifat Rasulullah 
shallallahu ‘alaihi wa sallam, Fatimah segera mencopot perhiasan dan 
selot pintu dan menyerahkannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa 
sallam, seraya berkata. :
“Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya ayahku”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat terharu, dan bersabda “Sungguh kamu telah melakukannya, wahai anakku. Ketahuilah, dunia ini bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, tak akan ada orang kafir diberi minum setetespun”.
“Jadikanlah semua ini di jalan Allah, ya ayahku”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat terharu, dan bersabda “Sungguh kamu telah melakukannya, wahai anakku. Ketahuilah, dunia ini bukan untuk Muhammad dan keluarganya. Seandainya dunia ini bernilai di sisi Allah sebesar sayap nyamuk, tak akan ada orang kafir diberi minum setetespun”.
Bukannya Ali bin Abi Thalib 
tidak mau menyediakan seorang pembantu untuk isterinya tetapi memang 
keadaan kefakiranlah yang sedemikian rupa. Ali bin Abi Thalib pun cukup 
memaklumi isterinya yang setiap hari menguruskan anak-anak, memasak, 
membasuh dan menggiling tepung, dan yang lebih memenatkan lagi bila 
terpaksa mengambil air melalui jalan yang berbatu-batu jauhnya sehingga 
kelihatan tanda di bahu kiri dan kanannya. Suami mana yang tidak sayang 
kepada isterinya. Pada suatu ketika bila Ali bin Abi Thalib berada di 
rumah turut menyinsing lengan membantu istrinya menggiling tepung di 
dapur. “Terima kasih suamiku,” bisik Fatimah kepada suaminya. Usaha 
sekecil itu, di celah-celah kesibukan sudah cukup berkesan dalam 
membelai perasaan seorang isteri.
©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. A. ILLank 
 TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA 
;((
ReplyDelete:-? :-? what do u cry for?
ReplyDelete