Rabi'ah Al-Adawiyah telah dewasa dalam pertapaan dan tidak pernah berfikir untuk berumah tangga, bahkan akhirnya memilih hidup zuhud, menyendiri, dan terus beribadah kepada Allah SWT. Ia tidak pernah menikah, karena tak ingin perjalanannya menuju tuhan mendapat rintangan. Perkawinan baginya adalah rintangan, ia pun pernah memanjatkan doa "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala perkara yang menyibukkanku untuk menyembah-Mu dan dari segala penghalang yang merenggangkan hubunganku dengan-Mu".
Di antara lelaki yang coba membujuknya untuk menikah salah satunya adalah Abdul Wahid bin Zaid, yang termashur dalam kezhuhudan dan kesucian hidupnya, seorang ahli agama, khatib dan penganjur hidup menyepi bagi siapa saja yang mencari jalan kepada Allah. Rabi'ah pun menolak lamarannya dan berkata "Hai orang yang sangat bernafsu, carilah wanita lain yang juga sangat bernafsu sebagaimana dirimu, apakah engkau melihat tanda birahi dalam diriku?"
Muhammad bin Sulaiman al-Hasyimi, Amir Ab-basiyah untuk basrah saat itu juga pernah melamar Rabi'ah, setelah mendiskusikan dengan para pejabat di Basrah, dia menawarkan mas kawin seratus ribu dinar dan menulis surat kepada Rabi'ah bahwa ia memiliki gaji sepuluh ribu dinar tiap bulan dan semua itu dilimpahkan kepada Rabi'ah, akan tetapi Rabi'ah membalas surat itu dengan "Hal itu tidaklah menyenangkanku, kamu akan menjadi budakku dan semua yang kau miliki akan menjadi milikku atau kamu akan memalingka aku dari tuhan dalam sebuah pertemuan pribadi"
*) Sumber : Buku | Muhabbah Cinta - Rabi'ah Al-Adawiyah
Bersambung ke Kisah Rabi'ah Al-Adawiyah | Perintis Cinta Ilahi [10]
©2013 Copyright Ciniki Ronk A. ILLank Written By. Desir Syair Rindu
0 komentar :
Post a Comment