Dua puluh tiga tahun berlalu, hari itu kaum Muslimin benar-benar berkabung, waktu yang paling ditakuti akhirnya datang juga. Subuh dini hari tak seperti biasanya, di mimbar itu lazimnya Rasulullah berdiri memimpin shalat berjamaah, namun yang terjadi kali ini tidak demikian, mimbar itu kosong!. Mata teduh Rasulullah yang setiap kali menyapa wajah sahabatnya sebelum shalat subuh itu kini tiada, Rasulullah terserang demam yang sangat tinggi. Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi orang kedua setelah Rasulullah kini bersiap-siap menjadi imam pengganti dengan segala keberatan hati.
Sewaktu Abu Bakar hendak mengangkat tangan seraya bertakbir, terlihat Rasulullah menyibak tirai kamarnya, sebagian sahabat menangkap isyarat ini dengan tanggapan bahwa Rasulukkah akan memimpin shalat seperti biasanya, seketika Abu Bakar Ash Shiddiq mundur dari mimbar dan bergabung kedalam shaf makmun di belakangnya, namun dugaan itu salah... dari kamar Rasulullah, beliau melambaikan tangan memberi isyarat agar shalat diteruskan dengan Abu Bakar sebagai Imam dan dengan gerakan yang sangat lemah Rasulullah kembali menutup tirai jendela dan menghilang dibaliknya.
Seluruh jemaah pun terhenyak dan tercekam hati dan perasaannya, sudahkah tiba waktunya? demikian mereka bertanya-tanya dalam hati dan ketika hari beranjak siang, sakit Rasulullah pun bertambah berat, disisinya, Fatimah selalu menemani setiap detik-detik terakhir. "Tak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini" Demikian kata Rasulullah yang sempat dibisikkannya pada Fatimah, lalu pupuslah bunga hidup Rasulullah saat itu. Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam wafat.
0 komentar :
Post a Comment